Di salah satu sudut rumah sakit hari ini terasa ramai, karena bertepatan dengan jadwal konsul pasien kanker yang kebetulan berkumpul usai keluar dari ruang konsultasi. Mereka adalah para pasien yang sedang menjalani rangkaian pengobatan berkelanjutan, yang mengharuskan bolak-balik rumah sakit. Seringnya dipertemukan saat menjalani pengobatan membuat mereka jadi akrab satu sama lain. Hingga lahirlah komunitas untuk saling mensupport dan berbagi informasi ini.
Nuning sengaja mengambil tempat di pojokan. Dari posisi tempatnya duduk, ia bisa leluasa melihat aktifitas mereka yang kelihatannya asyik bercanda. Tak ada sedikit pun ketegangan di raut wajah mereka, meski beberapa di antaranya baru saja usai menjalani kemoterapi. Dari obrolan di whatsApp yang Nuning baca semalam, mereka memang telah janjian untuk berkumpul. Namun karena baru beberapa hari ini ikut bergabung dan diundang di grup WhatsApp, Nuning sengaja menjauh karena masih merasa segan untuk berbaur.
Awalnya Nuning diajak bergabung ke komunitas mereka saat secara tak sengaja bertemu dengan Mirna. Mirna adalah salah satu teman SMA, yang juga didiagnosa menderita kanker. Sama seperti dirinya. Qadarullah, diberikan cobaan yang serupa, akhirnya membuat mereka menjadi akrab. Hanya saja untuk obrolan di grup, Nuning hanya menjadi silent reader. Belum banyak yang ia kenal di komunitas ini sehingga membuatnya risih untuk ikut nimbrung. Jadilah sekarang dia hanya berdiam di sini. Sembari menunggu Mirna yang barusan mengabarinya lewat telepon kalau telat datang ke rumah sakit. Padahal jadwal konsulnya telah selesai beberapa menit yang lalu.
“Bu Nuning, ya? Temannya Bu Mirna, kan?” Seorang ibu yang berperawakan tinggi tiba-tiba menghampiri saat Nuning akan beranjak untuk keluar menunggu Mirna di lobby rumah sakit.
“He.. Iya,bu,” jawabnya sembari menyambut uluran tangannya.
“Saya Bu Sundari. Mari sini gabung dengan teman-teman,” ajaknya dengan ramah.
“Nungguin Bu Mirna, Bu,” Nuning menjawab sapaan Bu Sundari dengan canggung.
“Nggak apa-apa. Mari gabung sini saja. Tadi agak ragu sih mau negur, takut saya salah orang. Saya hanya mengira-ngira dari pic profile WA saja,” ujar Bu Sundari menjelaskan sembari menggandeng tangan Nuning.
Nuning pun akhirnya bergabung. Satu per satu dari mereka menyambutnya dan mengulurkan tangan untuk saling berkenalan. Perlahan rasa canggung Nuning yang awalnya ragu untuk bergabung menepis sudah. Diberinya seulas senyum manis ke mereka, menghilangkan rasa sungkan yang seolah langsung menguap.
Hingga kedepannya, mereka inilah yang akan menjadi sahabat setia untuk bertemu saban hari di rumah sakit ini. Bersama-sama saat harus menjalani berbagai pengobatan, saat dirinya didiagnosa kanker dua bulan lalu.
Ya, Nuning adalah Survivor Kanker.
Masih terbayang jelas diingatan saat ia merasa sangat berat menerima semua kenyataan ini. Rasa cemas, takut dan kesendirian sempat menghinggapi hari-harinya. Hingga di suatu malam setelah sujud panjangnya kala itu, sebuah hadits Rasulullah menggugah hati yang dilanda kegelisahan.
Tidaklah seorang muslim tertimpa suatu penyakit dan sejenisnya, melainkan Allah akan mengugurkan bersamanya dosa-dosanya seperti pohon yang mengugurkan daun-daunnya,”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Baca juga : 7 Hikmah Sakit dari Allah
Salah satunya adalah dengan dipertemukan sahabat-sahabat senasib sepenanggungan melalui sebuah grup WA. Ternyata, obrolan mereka di grup yang sering heboh, sama persis dengan apa yang Nuning liat saat ini. Terlebih mereka ternyata begitu ramah dan bersimpati menyambutnya.
Sejak bergabung di grup WA, banyak hal-hal positif yang Nuning dapatkan. Sharing motivasi, informasi seputar pengobatan, hingga pelayanan rumah sakit dengan segala kendalanya, yang memudahkan Nuning untuk menjalani pengobatan.
Allah Maha Baik.
Di tengah keterpurukannya saat didiagnosa kanker, menuntunnya untuk dipertemukan dengan orang-orang senasib. Dan semestinya dari merekalah Nuning harus banyak belajar, bagaimana merekayasa ujian menjadi sebuah anugerah.
Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah Yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas“. (QS. Az-Zumar: 10)
Ada banyak kisah yang terlewati oleh perempuan-perempuan luar biasa ini, dengan cara yang tidak biasa. Bagaimana mereka mampu merubah bentuk penderitaan menjadi sebuah rasa syukur, bahwa Allah masih berkenan memberi mereka alarm hidup untuk lebih mempersiapkan bekal saat hidup harus usai.
Karena meski kematian datang dengan berbagai sebab, bukankah ada doa yang menjadi harap, bahwa saat menghadap-Nya kelak, kita pergi dengan cara yang indah.
Baca juga Berburu Pahala di Hari Jumat